Senin, 09 Juni 2008

FUNGSI MAJAS

Majas tidak hanya digunakan dalam puisi. Majas diperlukan karangan-karangan lainnya seperti cerpen, novel, esei, ataupun ceramah dan pidato.

Orde baru tumbang. Namun, hal itu ternyata tidak serta merta menunjukkan bahwa kebenaran telah datang. Reformasi yang bergerak dari nurani mahasiswa dengan cepat mengalami pergeseran makna dan fungsi. Tiba di tangan elit politik dan penguasa baru, reformasi menjadi jargon politik. Maknanya pun aus. Semakin lama kata itu semakin kehilangan darah.

Cuplikan di atas diambil dari sebuah tulisan yang berbentuk esai. Tulisan tersebut menjadi lebih menarik berkat permainan kata-kata bermetafor. Kata Tumbang yang lazim disanding dengan kata pohon kemudian dikreasikan dengan gender waktu. Orde baru. Kata bergerak yang awalnya digunakan untuk makhluk hidup, kemudian digunakan pada sesuatu yang abstrak, reformasi; demikian halnya dengan kata darah. Pemakaian kalimat-kalimat bermajas menjadikan tulisan itu lebih hidup dan enak dibaca.

Serentetan tembakan senapan mesin merebut kesempatan dan Basridin mengurungkan niatnya, ia kembali bertiarap. Ia berharap Amir tidak kena lagi. Lalu berteriakdi antara nafasnya yang terputus-putus. (Silus karya Muhammad Dipenogoro)

Dalam cuplikan di atas terdapat pemakaian ungkapan merebut kesempatan. Secara harfiah, merebut kesempatan merupakan perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Merebut adalah suatu tindakan yang kasar atau memaksa. Namun demikian, oleh pengarang kata tersebut dikenakan untuk benda mati. Senapan mesin, suatu benda yang tidak bernyawa, dinyatakan seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Efeknya luar biasa. Pembaca akan lebih mudah membayangkan bagaimana mematikan dan berbahayanya bila tembakan senapan itu sudah ditembakkan.

Dari celah-celah kembang flamboyan yang merah marak turun melandai ke tanah, cahaya matahari, halus-halus dan panjang-panjang, laksana hujan yang jatuh ditiup angin, menyirami tanah kuning kelabu dengan air emas (Layar Terkembang karya Sultan Takdir Alisyahbana).

Cuplikan tersebut sarat oleh perumpamaan-perumpamaan. Dengan cara itulah, penulis bermaksud memberikan kesan yang kuat mengenai keindahan alam yang hendak digambarkannya.
sumber:
- Kosasih, E. 2006. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia.Bandung:Yrama Widya.

Majas Perulangan

Majas perulangan meliputi aliterasi,antanaklasis, kiasmus, repetisi, dan pararelisme.

a. Aliterasi

Adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.

Contoh:

Dengarlah dendang durjana

Lelaki tua putra Madura:

(Dari Lagu Nelayan Selat Madura karya Djuwastin Hasugian)

b. Antanaklasis

Adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.

Contoh:

Pintu-pintu awan, nadi-nadi cahaya

dan kegelapan, rimba sepi dan kejadian..

(Dari Mimpi karya Abdul Hadi W.M )

c. Repetisi

Adalah majas perulangan kata sebagai penegasaan yang dirunut dalam baris yang sama.

Contoh:

Dalam kesunyian malam waktu

Tidak berpawang tidak berkawan

(Dari Dibawa Gelombang karya Sanusi Pane)

d. Pararelisme

Adalah majas perulangan kata yang disusn dalam baris yang berbeda.

Contoh:

Sunyi itu duka

Sunyi itu kudus

Sunyi itu lupa

Sunyi itu lapus

e. Kiasmus

Adalah majas yang berisi perulangan dan sekaligus merupakan inversi.

Contoh:

karena malam bukan siangnya gelombang

dan siang bukan malamnya jalang

(Dari Orang Perahu karya Sutan Iwan Soekri Mukri)

Majas Pertautan

Majas pertautan, antara lain meliputi, metonimia, sinekdoke, alusio, eufimisme, elipsis, dan inversi.

a. Metonimia

Adalah majas yang memakia nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal lainnya sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut nama pencipta atau pembuatnya jika yang kita maksudkan adalah ciptaan atau buatannya. Bisa pula kita menyebut bahan dari barang yang dimaksud.

Contoh.

Dan potret-potret pahlawan

Mengusap-usapkaren tua

Baby mortir buatan sendiri

(Dari Buku Tamu Musium Perjuangan karya Taufik Ismail)

b. Sinekdoke

Adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya, ataupun sebaliknya.

Contoh.

Lewat gardu Belanda dengan berani

Berlindung warna malam

Sendiri masuk kota

Ingin ngubur ibunya

(Dari Gerilya karya W.S Rendra)

c. Alusio

Adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.

Contoh.

Hari 10 November, hujan pun mulai turun

Orang-orang ingin kembali memandangnya

(Dari Pahlawan Tak Dikenal karya Toto Sudarto Bachtiar)

d. Elipsis

Adalah majas yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kalimat.

Contoh :

Biarkan layang-layangnya terbang ke angkasa

Dan...hilang di balik awan

(Dari Pergi karya Dinny Widya Agustiny)

e. Inversi

Adalah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.

Contoh:

Kuraba mitlaliur Jepang dari baja hitam

(Dari Buku Tamu Musium Perjuangan karya Taufik Ismail )

Majas Pertentangan

Majas petentangan antara lain meliputi, hiperbola, litotes, Ironi, dan oksimoron.

a. Hiperbola

Adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud memperhebat, meningkatakn kesan dan pengaruhnya.

Contoh.

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

(Dari Doa karya Chairil Anwar)

b. Litotes

Adalah majas yang mengurangi, mengecil-ngecilkan kenyataan yang sebenarnya. Tujuannya, antara lain, untuk merendahkan diri.

Contoh.

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang ditentukan nilai tulang-tulang berserakan

(Dari Karawang Bekasi karya Chairil Anwar)

c. Ironi

Adalah majas menyatakan nmakna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok.

Contoh.

Malam lebaran

Bulan di atas kuburan

(J.E Tatengkeng)

d. Paradoks

Adalah majas yang antar bagian-bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.

Contoh.

Dia tidak tahu untuk siapa dia datang

Kemudian dia terbangun, tetapi bukan tidursayang

(Dari Pahlawan Tak dikenal karya Toto Sudarto Bachtiar)

e. Antitesis

Adalah majas pertentangan yang menggunakan paduan kata yang berlawanan arti.

Contoh.

Barat dan timur adalah guruku

Muslim, Hindu, Kristen, Budha.

Pengikut Zen dan Tao

Semua adlah guruku

(Dari Barat dan Timur karya Abdul Hadi W.M)